Keunggulan Komparatif
i2.wp

Jelaskan Yang Dimaksud Keunggulan Komparatif

Yang dimaksud Keunggulan Komparatif adalah teori yang dikemukakan oleh David Ricardo. Teori tersebut diterapkan dalam perdagangan internasional. Ricardo benar-benar terkenal dengan teorinya membawa inovasi ke dunia ekonomi.

Adam Smith adalah pendiri teori ekonomi klasik, sedangkan David Ricardo adalah pendiri teori ekonomi modern. Berikut penjelasan lengkapnya.

Yang Dimaksud Keunggulan Komparatif Adalah?

Keunggulan komparatif adalah kemampuan individu, perusahaan, lembaga, atau pemerintah untuk menghasilkan barang atau jasa dengan biaya produksi yang lebih rendah daripada pesaingnya. Dengan cara ini, harga jual barang atau jasa lebih rendah dan margin keuntungan penjualan lebih kuat.

Biaya produksi barang atau jasa tidak selalu mengarah pada pengembalian yang lebih baik. Dengan kata lain, peningkatan biaya modal tidak menjamin akan menghasilkan keuntungan.

Beberapa asumsi dari teori keuntungan relatif adalah:

1. Hanya dua jenis barang dari dua negara yang terlibat dalam proses produksi.

2. Biaya pengiriman dihilangkan karena dapat menghilangkan efek biaya peluang dan mempengaruhi harga jual.

3. Operasi pasar berlangsung dalam persaingan penuh di kedua negara.

4. Hanya sumber daya manusia (SDM) yang diperhitungkan dalam faktor produksi.

5. Tenaga kerja disebut mobile di pasar domestik, tetapi tidak di pasar internasional.

Keunggulan Komparatif
cerdasco

Pola Keunggulan Komparatif

Perbandingan keunggulan komparatif yang dipunyai oleh sesuatu negeri didetetapkan oleh aspek keunggulan sesuatu negeri dibanding negeri yang lain. 2 aspek keunggulan yang universal ialah sumber energi alam serta sumber energi manusia. Negeri dengan keunggulan sumber energi alam hendak mempunyai keunggulan komparatif pada produk primer serta produk padat sumber energi alam.

Sebaliknya negeri dengan keunggulan komparatif sumber energi manusia hendak mempunyai keunggulan dalam produk padat teknologi serta produk padat modal sumber energi manusia. Pola keunggulan komparatif yang menyebar antarnegara anggota perdagangan hendak memperbesar kesempatan perdagangan leluasa.

Kebalikannya, pola keunggulan komparatif yang seragam antarnegara anggota hendak memperbesar kesempatan terbentuknya hambatan dalam perdagangan.

Penerapan Keunggulan Komparatif

Teori keunggulan komparatif sudah jadi bawah untuk teori perdagangan internasional. Penekanan utamanya merupakan pada keunggulan komparatif mutlak serta relatif dalam penciptaan komoditas dibanding dengan negeri lain. Proses ekspor dicoba oleh negeri terhadap komoditas dengan keunggulan komparatif yang besar. Komoditas dengan keunggulan komparatif yang rendah diperoleh lewat impor.

Perdagangan internasional dengan model perdagangan leluasa hendak membuat sumber energi yang sangat jarang bisa dimanfaatkan secara pas guna. Tiap negeri pula bisa melaksanakan perdagangan cocok dengan keunggulan komparatif yang dimilikinya pada bagian spesifikasi penciptaan.

Keunggulan komparatif hendak membagikan kesempatan dalam mencapai keuntungan buat industri yang jadi spesialis bila bayaran yang diresmikan berbeda. Keuntungan diperoleh kala efisiensi penciptaan ditingkatkan. Spesialisasi membuat keuntungan senantiasa terdapat walaupun tidak terjalin kenaikan produktivitas pekerja secara orang.

Perbedaan Dengan Teori Keunggulan Absolut

Teori keunggulan absolut pertama kali muncul sebelum teori Keunggulan Komparatif. Namun, teori keunggulan absolut memiliki kelemahan yang tidak memungkinkan untuk mengatasi klaim bahwa negara tidak memiliki keunggulan absolut pada produk tertentu tetapi dapat mengekspor produk tersebut.

Teori Keunggulan Komparatif melengkapi dan kemudian melengkapi teori keunggulan mutlak. Menurut teori Keunggulan Komparatif, efisiensi industri dapat meningkatkan jumlah yang dihasilkan, meskipun tidak memiliki keunggulan absolut.

Teori ini berdampak besar pada negara-negara yang ingin berdagang secara internasional. Mereka harus mengkhususkan dan mengekspor produk dengan keunggulan komparatif. Produk yang tidak memiliki keunggulan komparatif sebaiknya hanya diimpor agar tidak terpengaruh inflasi.

Kemampuan negara untuk memproduksi barang yang memiliki keunggulan komparatif sangat penting untuk keberhasilan ekspor. Keunggulan komparatif adalah keadaan di mana suatu negara memiliki produk atas pesaingnya. Namun, dalam keadaan serupa, negara lain kurang dominan dalam produksi komoditas tersebut.

Menurut teori Keunggulan Komparatif, sistem perdagangan tetap dapat berfungsi dengan baik dan menguntungkan kedua negara, meskipun hanya satu negara yang memiliki keunggulan komparatif. Misalnya, tenaga kerja negara lebih terampil dalam memproduksi barang.

Keunggulan Komparatif sangat berbeda dengan keunggulan absolut. Keunggulan absolut mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan barang dalam jumlah yang lebih besar daripada pesaing.

Pada saat yang sama, keunggulan komparatif berarti kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa dengan biaya lebih rendah, tetapi tidak harus dalam jumlah yang lebih besar atau kualitas yang lebih baik.

Contoh Keunggulan Komparatif

Contoh praktik keunggulan komparatif adalah antara Indonesia dan Malaysia, yang keduanya menggunakan tenaga kerja sebagai input dalam pembuatan pakaian. Dengan asumsi upah yang sama untuk pekerjaan, total output pakaian dan alas kaki yang diproduksi oleh masing-masing negara adalah:

  1. Indonesia: 100 garmen, sepatu 120
  2. Malaysia: 90 garmen, sepatu 80

Dari angka-angka tersebut, dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki keunggulan absolut dalam produksi garmen karena memiliki kapasitas produksi yang lebih besar daripada Malaysia. Indonesia bisa memproduksi 100 unit pakaian per jam, sedangkan Malaysia hanya bisa memproduksi 90 unit. Sementara Indonesia mampu memproduksi 120 pasang sepatu, sedangkan Malaysia hanya mampu memproduksi 80 pasang.

Berdasarkan teori keunggulan absolut, Indonesia dan Malaysia tidak boleh saling berdagang. Karena Indonesia memiliki keunggulan mutlak yang melekat pada lawannya.

Namun, dengan menggunakan teori Keunggulan Komparatif, kedua negara dapat melakukan perdagangan. Keduanya akan dianggap menguntungkan jika Anda fokus pada produk dengan biaya peluang terendah.

Biaya peluang pertama-tama dapat dihitung dengan menghitung harga relatif per unit pakaian di setiap negara.

  1. Indonesia: garmen 1,3, sepatu 1
  2. Malaysia: garmen 0,8, sepatu 1

Asumsikan bahwa harga setiap produk sama dengan biaya peluang. Berdasarkan informasi di atas, harga pakaian di Malaysia lebih murah daripada di Indonesia. Karena harganya relatif lebih murah.

Perhitungannya kemudian dibalik antara garmen dan alas kaki.

  1. Indonesia: garmen 1, sepatu 0.85
  2. Malaysia: garmen 1, sepatu 1.3

Seperti sebelumnya, diasumsikan bahwa harga setiap produk sama dengan biaya peluang. Dari informasi di atas, harga sepatu di Indonesia lebih murah dibandingkan di Malaysia. Karena harganya relatif lebih murah.

Berdasarkan teori keuntungan relatif, perdagangan antara Indonesia dan Malaysia dapat menguntungkan. Sebagai perbandingan, Indonesia unggul dalam produksi sepatu, sedangkan Malaysia dalam produksi pakaian.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Indonesia dapat membeli pakaian Malaysia. Di sisi lain, Malaysia bisa membeli sepatu dari Indonesia.

Kritik Terhadap Teori Keunggulan Komparatif

Asumsi teori keuntungan relatif David Ricardo agak dihargai.

1. Proses produksi dan pemasaran tidak serta merta menjadi satu-satunya barang di dua negara. Anggapan ini dilanggar karena pada kenyataannya ekspor dan impor menyangkut beberapa barang dan negara secara bersamaan.

2. Perdagangan antar negara tidak diasumsikan tanpa biaya pengiriman. Biaya pengiriman dapat mempengaruhi harga jual dan dengan demikian menghilangkan keuntungan biaya peluang yang sudah ada sebelumnya.

3. Ada faktor produksi lain yang terlibat selain tenaga kerja. Modal, sumber daya alam dan kewirausahaan juga diperhitungkan. Modal berupa mesin, misalnya, dapat mempercepat produksi sehingga lebih menguntungkan.

4. Tenaga kerja mungkin tidak mobile. Mereka membutuhkan waktu untuk mencari pekerjaan baru saat mereka pindah ke industri lain. Apalagi di era globalisasi, para pekerja dapat dengan mudah berpindah ke negara lain untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Apalagi, jika suatu negara berspesialisasi, pekerjanya relatif tidak bergerak. Ketika suatu industri tutup, tenaga kerjanya akan lebih mudah berpindah ke industri lain karena keterampilannya terbatas.