Karakter Tarian Jawa Tengah
pinimg

Mengenal Karakter Tarian Jawa Tengah dan Jawa Timur

Karakter Tarian Jawa Tengah dan Jawa Timur

1. Tari Dari Daerah Jawa Tengah

Karakter Tarian Jawa Tengah – Tarian di Jawa Tengah mengacu pada dua kubu, yaitu Solo dan Yogyakarta. Gerakan dinamis dan komunikatif mewarnai tarian daerah Solo, sedangkan tarian daerah Yogyakarta terlihat kaku, angkuh, namun lebih berwibawa. Hal ini tercermin dari gerakan tubuh, gerakan kaki, gerakan pergelangan tangan, bahu, dan kepala. Contohnya dapat ditemukan pada tari Bedhaya, baik Bedhaya Semang maupun Ketawang.

Tari Bedhaya disebut Bedhaya sanga karena jumlah penarinya adalah Sanga atau sekelompok sembilan penari yang ditarikan oleh sembilan penari wanita. Bedhaya ini berisi tarian putri yang halus, agung dan mulia, indah dan seremonial. Melalui tarian Bedhaya, raja melatih dan mengajari putri raja dalam moralitas, estetika, dan kebajikan sebagai prasyarat untuk tinggal di lingkungan istana. Penari Bedhaya Semang memakai pakaian yang sama. Ini adalah simbol bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan dan bentuk yang sama.

Pada masa dinasti Sultan Hamengku Buwono IX dan X, pakaian penari digunakan menyerupai pakaian dinasti Sultan Hamengku Buwono VIII. Pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana VIII, kostum penari di Bedhaya Semang sedikit berbeda, tidak cheesy, tetapi menggunakan kerudung dan bulu, sanggul, kalung matahari, gelang bahu, pakaian. Tanpa lengan seperti era Hamengku Buwono VII. Kain seredan dengan pola Prang rusak dan gadis kirit.

Karakter Tarian Jawa Tengah
blogspot

2. Tari Dari Daerah Jawa Timur

Penglihatan yang tajam, gerak yang rapi, mantap, sikap dan langkah yang kuat, lantang dan gesit, serta tampilan yang agung merupakan ciri khas gerak tari Jawa Timur. Hal ini terlihat antara lain pada tari Ngremo dan tari Beskalan, sedangkan Gandrung Banyuwangen memiliki beberapa gerakan erotis yang menambah keserbagunaan gerakan tersebut.

Masih ingat tarian Reog? Tarian Reog sering ditampilkan sebagai tarian tunggal. Namun seiring berjalannya waktu, tari Reog juga berkembang bentuknya.

Tari reog telah berkembang dan sering ditampilkan di beberapa acara seperti pernikahan, operasi kelopak mata dan hari libur nasional. Tarian Reog Ponorogo terdiri dari beberapa episode dimulai dengan 2-3 tarian pembuka. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani berwajah merah berpakaian hitam. Para penari menggambarkan karakter singa yang perkasa. Dilanjutkan dengan tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menunggangi kuda yang dikepang (semacam anyaman ekor kuda dari bambu).

Di akhir tarian pembuka, ditampilkan adegan utama yang isinya tergantung pada keadaan di mana tari Reog dibawakan. Ketika datang ke pernikahan, adegan cinta ditampilkan. Kisah pahlawan digunakan untuk menceritakan hari raya Khitanan atau Sunatan. Adegan-adegan dalam seni yang dimainkan seringkali tidak mengikuti naskah yang tertata dengan baik. Selalu ada interaksi antara pemain dengan aktor wayang (biasanya pemimpin kelompok) dan kadang-kadang juga dengan penonton. Terkadang seorang pemain dalam permainan dapat diganti jika pemain tersebut lelah. Yang lebih penting dalam pertunjukan tari Reog adalah untuk memuaskan penonton.

Adegan terakhir adalah baron singa, di mana aktor memiliki topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu merak. Masker ini bisa memiliki berat 50-60 kg. Topeng berat ini dikenakan oleh para penari dengan giginya. Kemampuan memakai topeng ini tidak hanya diperoleh melalui latihan keras, tetapi juga dikatakan diperoleh melalui latihan spiritual seperti puasa dan meditasi. Sebagian besar tarian di daerah Jawa dicirikan oleh kostum dengan tekstur dan warna simbolik, gerakan yang lembut, dan beberapa tarian yang solid diiringi musik gamelan yang sempurna.

Artikel tentang karakter tarian Jawa Tengah, tokoh solo Yogyakarta, dan tokoh tari Ponorogo dalam tari Jawa Timur semoga dapat menambah pengetahuan Anda dalam mempelajari seni tari.