Sejarah Perkembangan Islam Masuk Ke Thailand
blogspot

Sejarah Perkembangan Islam Masuk Ke Thailand Abad Ke?

Sejarah Perkembangan Islam Masuk Ke Thailand – Muslim merupakan etnis minoritas di Thailand. Di negara gajah putih, umat Islam banyak dijumpai di beberapa provinsi seperti Pattan, Yala, Narathiwat, Satun dan Songkhla.

Provinsi-provinsi ini dulunya merupakan bagian dari Kerajaan Pattani Raya, Kerajaan Malaysia, yang berdiri sekitar abad ke-15.

Meskipun menjadi agama kedua yang paling banyak dianut di Thailand, Muslim hanya berjumlah 5,3 persen dari total populasi.

Sementara itu, proporsi umat Buddha Thailand lebih dari 93 persen. Lantas bagaimana sejarah perkembangan islam masuk ke Thailand?

Sejarah Perkembangan Islam Masuk Ke Thailand
blogspot

 

Sejarah Perkembangan Islam Masuk Ke Thailand

Sejarawan mengungkapkan bahwa ada beberapa teori tentang Sejarah Perkembangan Islam Masuk Ke Thailand.

Salah satu teori adalah bahwa Islam dibawa ke Thailand pada abad ke-10 melalui pedagang Arab.

Teori lain mengatakan bahwa Sejarah Perkembangan Islam Masuk Ke Thailand melalui kerajaan Samudra Pasai di Aceh.

Ada pula pendapat lain bahwa Islam masuk ke Thailand bahkan sebelum berdirinya Kerajaan Thailand, yaitu pada abad ke-8.

Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya lukisan-lukisan yang menggambarkan Muslim Arab kuno di Ayuthaya sebelum berdirinya Kesultanan Pattan.

Teori lain menjelaskan bahwa penyebaran Islam ke Asia Tenggara adalah misi di bawah Khalifah Umar bin Khattab.

Namun, daerah yang pertama kali masuk Islam dari para pedagang Arab ini kurang dikenal.

Masuknya Islam Pattani

Secara historis, Islam menyebar di Asia Tenggara melalui Malaka, Aceh, Semenanjung Malaysia, dan Thai Siam.

Menurut beberapa ahli, tidak diketahui secara pasti kapan Islam datang dan berkembang di Pattan.

Salah satu gagasan adalah bahwa Islam mulai berkembang di Trengganu, tetangga Pattan, sekitar tahun 1386 atau 1387.

Sebelumnya, Pattani adalah kerajaan Hindu bernama Langkasuka, yang menjadi kerajaan Buddha setelah penaklukan Sriwijaya.

Setelah beberapa abad berkuasa, kerajaan Pattan masuk Islam pada awal abad ke-16 ketika rajanya menjadi seorang Muslim.

Raja Pattan pertama yang masuk Islam adalah Phya Tuk Naqpa, yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Ismail Shah.

Perkembangan Islam di Pattani

Ketika Sultan Ismail Shah masuk Islam, banyak orang Pattani kemudian menjadi Muslim sekitar tahun 1457.

Itu merupakan tanda tumbuhnya Islam di Pattan, dan sejak itu Islam menjadi agama resmi Kesultanan Pattan.

Pada abad ke-17, diketahui bahwa Kesultanan Pattan menempuh kebijakan pengembangan ilmu keislaman.

Ini mungkin hasil dari hubungan yang mendalam antara pedagang Asia Tenggara dan Arab.

Pattan kemudian menjadi salah satu pusat permainan tamadun dengan unsur kesusastraan dan keilmuan Islam, sehingga melahirkan ulama-ulama terkemuka.

Selain itu, Pattan juga dinilai sebagai tempat kegiatan Islam yang mengajarkan hukum Islam berdasarkan Al-Qur’an dan hadits.

Sistem pendidikan Islam Pattan juga berkembang dengan meniru sistem asrama atau pesantren Timur Tengah.

Banyak pendeta Pattan membangun sistem pendidikan bagi para petani. Selain membangun pesantren, para pemuka ulama juga membangun masjid.

Perkembangan Islam di Thailand

Setelah penggulingan Kesultanan Pattan, Islam terus berkembang di Pattan dan Thailand selatan.

Gelombang tenaga kerja muslim dari Malaysia dan Indonesia ke Thailand menjadi salah satu penyebabnya.

Mereka menjadi pekerja dermaga Thailand pada saat itu. Lama kemudian, keluarga para pekerja ini mampu membangun masjid dan mendirikan komunitas Muslim di Thailand sekitar tahun 1949.

Selain itu, ada juga warga lokal Thailand yang telah membentuk komunitas Muslim. Bahkan ada kelompok gerakan Muslim yang kuat dan aktif di Thailand, seperti berikut ini.

  • Golongan tradisional di selatan
  • Kelompok arus utama menerbitkan majalah Rabbitah.
  • Modernis menerbitkan majalah Al Jihad
  • Kelompok 66 Chulajamontri . yang didukung negara

Kelompok tersebut menunjukkan bahwa Islam masih tumbuh dan eksis di Thailand meski sebagai minoritas.